Syair: PSK Juga Manusia

PSK Juga Manusia - Hallo sahabat puisi,pengertian dari syair dan contoh ragam syair,pengertian syair dan pantun pengertian puisi syair serta pengertian dan contoh syair Wisata, Puisi, baca lagi di Pengertian syair Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PSK Juga Manusia, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel edukasi, Artikel kehidupan, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : PSK Juga Manusia
link : PSK Juga Manusia

Baca juga: sapiens, Pengertian syair


PSK Juga Manusia

Topik pembahasan tentang PSK memang cukup sensitif, tapi menarik untuk diulik.

Pernah ramai penggunaan frasa Pekerja Seks Komersial yang dianggap mendiskriminasi wanita sebab pada kenyataannya para pelaku pekerja seks komersial bukan hanya wanita, tapi juga pria. Bahkan dalam literasi dan maknanya di KBBI istilah serupa seperti sundal, pelacur, dan tunasusila juga identik sekali dengan kupu-kupu malam alias wanita pekerja seks. 

Hal tersebut menuai kontroversi, meski jelas dalam kenyataannya diskriminasi yang terjadi oleh bahasa terhadap wanita memanglah ada. Namun, tak sampai di situ, sebenarnya ada hal besar lain yang luput dari perhatian mengenai istilah PSK atau semacamnya.

Adalah stigma negatif masyarakat terhadap para pekerja seks. Terlepas dari entah pria maupun wanita dan penggunaan terminologi apa yang paling tepat, profesi pekerja seks hampir tak pernah tidak jatuh derajatnya.

Let's Judge a Book by Its Cover

Terciptanya manusia dengan dua mata adalah gambaran akan selalu adanya dua sisi kontras dari setiap perkara. Secara sederhana berarti baik dan buruk pasti ada. Akan tetapi, banyak orang yang masih manja dengan mengiyakan apa saja yang disuguhi dan memilih abai tidak tertarik menelisik lebih dalam lagi.

Dalam kasus miringnya citra pekerja seks di mata umum, hal ini berlaku. Di kehidupan bermasyarakat para pekerja seks yang menyewakan tubuhnya kerap dianggap nista sebab upah rupiah untuk hal tersebut. Pikiran “pekerja seks adalah golongan kelas bawah yang ingin mengubah kasta melalui jalan pintas yang ringkas,” pun menjamur dan akarnya begitu kuat hingga pelaku pekerja seks tampak begitu hina.

Akan tetapi, orang tutup mata pada sisi lain. Pandangan buruk tersebut hanya didasari pada standar ganda, sadarkah kita kenapa cemooh tersebut hanya ditujukan para pekerja seks? Sedangkan pelanggannya tidak mendapatkan hinaan serupa?

Dengan demikian, bukankah istilah don’t judge a book by it’s cover hanyalah bualan semata? Karena faktanya, penilaian terhadap seseorang berdasarkan profesi masih terjadi. Para pengguna jasa pekerja seks tidak lebih buruk sebab mereka mampu membayar tarif yang dipasang. Sedangkan mereka yang mengomersialkan tubuhnya dicap sebagai sampah masyarakat. Ironis, ‘kan?

PSK adalah Korban

Kemudian, mari kita masuk lebih dalam lagi melihat dari sisi lain yang juga berbeda. Bagaimana jika PSK adalah korban? Apakah sejumlah rupiah yang mereka dapat sebanding dengan segala risiko yang harus mereka hadapi?
Orang secara kasar acapkali bilang “Modal badan dan desahan, rebahan doang, dapat banyak uang. Kan enak,” tapi kembali tutup mata pada bagian ‘kemerdekaan atas tubuh bagi PSK’.

Kenyataannya, dalam transaksi prostitusi para pekerja seks kehilangan hak dan kemerdekaan atas tubuh mereka. Di samping tuduhan, hinaan, dan kecaman masyarakat bahaya penyakit seksual yang mematikan juga mengintai setiap pekerja seks.

Terlebih lagi, dengan bayaran yang diberikan, pelanggan merasa berhak melakukan apa saja. Alhasil, kekerasan fisik, verbal, seksual, dan mental kerap diterima pekerja seks. Cerita tentang bagaimana seorang pekerja seks pernah mendapatkan pengalaman buruk, disiksa dan dianiaya pelanggannya begitu banyak dituturkan. Artinya, jika mau membuka pikiran lebih lebar prostitusi sebenarnya adalah pemaksaan dan para pekerja seks merupakan korban. Sayangnya orang enggan menerima fakta tersebut dan teguh pada anggapan bahwa pekerja seks adalah noda.

Kacamata Pekerja Seks

Terakhir, cobalah menjadi pekerja seks dalam artian tidak sebenarnya. Maksudnya, coba kita membuka mata dan melihat dari sudut pandang para pekerja seks. Sejenak lupakan upah yang mereka dapat dari pekerjaan tersebut, tapi coba pikirkan apakah kita tahu apa alasan mereka memilih berprofesi sebagai pekerja seks? Gaya hidup tinggi? Atau kembali ke anggapan golongan kelas bawah yang ingin mengubah kasta melalu jalan pintas yang ringkas? Sayang sekali tidak sesederhana itu.

Jika kita menengok dan mau berpikir dengan cara berbeda kita akan mendapati hal mutlak yang sulit dielak : tidak ada satu pun orang yang bercita-cita untuk menjual tubuhnya. Alasan lain yang mendasari kenapa seseorang menjadi pekerja seks adalah keterpaksaan. Pertama, setiap orang punya kisah hidup yang berbeda. Tidak semua orang lahir di keluarga baik-baik saja yang mempermudah jalan hidupnya. Ada orang yang memiliki masalah ekonomi di keluarga, punya banyak saudara belia dan kemudian ditinggali hutang melimpah ketika orang tuanya meninggal, dan tidak semua orang punya banyak kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang mampu menutupi masalah perekonomiannya. Sehingga terpaksa memutuskan untuk menjadi pekerja seks.

Dari keterpaksaan tersebut, banyak pula yang akhirnya terjerat dalam perdagangan wanita dan dunia prostitusi yang kejam. Sekali seseorang masuk ke dalamnya, akan sulit bagi mereka untuk kabur keluar. Sekali lagi, terpaksalah mereka menjalani hari-harinya dengan berprofesi sebagai pekerja seks.

Manusia terlalu sering berpura-pura mengambil peran Tuhan dengan menganggap dirinya yang paling benar. Dari hitam dan putihnya segala yang terjadi di dunia, selalu ada sisi abu-abu yang tak mungkin kita elak. Dengan menghakimi para pekerja seks, dan menempatkan mereka di sisi hitam tanpa menengok betapa peliknya urusan yang harus mereka hadapi sama artinya kita telah menutup mata hati. Para pekerja seks juga manusia, sama seperti kita dan berhak untuk diterima dalam kehidupan masyarakat. Berhak mendapat kehidupan yang damai, lepas dari segala hujatan sesama meski jalan hidup yang mereka tempuh berbeda.

Oleh : Nihay Ridani


Demikianlah Artikel PSK Juga Manusia

Sekianlah artikel PSK Juga Manusia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel PSK Juga Manusia dengan alamat link Sapiens
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
Related Post
edukasi,kehidupan